RUTE PENDAKIAN GUNUNG LAWU
VIA CEMORO SEWU DAN CEMORO KANDANG
Bagi anda yang berangkat dari Jawa timur, tentu
saja perjalanan kendaraan di awali dengan manaiki bus dari terminal Maospati
hingga terminal Magetan. waktu tempuh sekitar 30 menit. Jalan jalan menyusuri
sesawahan padi. Hingga sedikit masuk ke kota Magetan hawa sudah beranjak sejuk.
Di kota ini produk andalan nya adalah kerajinan kulit, dan tentunya ada banyak
sekali barang yang bisa kita buru pada pasar sentral industri lokal. Ada tas, sabuk,
sepatu dan pernak pernik lainya seputar kulit. Dari terminal magetan kita musti
oper terlebih dahulu dengan naik mobil L300, menuju Ngerong (Pusat penjualan
sayur mayur), melalui telaga Sarangan (telaga paling keren di seputran Ma Pan
Ma Wi Rogo). dan berakhir di Cemoro sewu, yang merupakan pos pemberangkatan
dari sisi selatan. Jalur Pendakian Cemoro Sewu.
Dan bagi anda yang ingin mendaki dari Jawa Tengah dan Jogja,bisa
menaiki bus dari terminal Solo, melewati Palur dan Karanganyar, dan bus
berakhir di Tawangmangu (terkenal dengan gerojokan sewu nya) Dari Tawangmangu
berganti kendaraan pickup bertutup, atau naik L300, untuk menuju ke Cemoro
Kandang.
Dalam perjalan mata kita selaui manatap hamparan sesawahan kobis,
wortel dan kentang, dipinggir pinggir jalanya pun ada beberapa warga yang
mencuci hasil panen di saluran air pinggir jalan. Sesampainya di Cemoro kandang
biasanya kita terlebih dahulu beristirahat sejenak, minum kopi ataupun hanya
sekedar mengobrol saja. Karena di Cemoro Kandang terdapat lebih banya warung
dari pada di Cemoro Sewu.
Tidak jauh naik ke atas bisa jalan kaki atau lanjut dengan angkot tadi kita akan bertemu Basecamp Cemoro Sewu
RUTE VIA CEMORO SEWU
Nah sekarang kita membahas medan
cemoro sewu hingga puncak. Awal pendakian jalan masih lebar dan agak datar,
setelah memasuki pos 1 barulah tanjakan demi tanjakan menantang di depan kita.
Jalanpun juga semakin menyempit. Pepohonan di sekitar pos 1 hingga pos 3 masih
sama yaitu pinus dengan di selingi pohon perdu. Namun sayang sekali pada kanan
kiri jalan, dari Cemoro sewu hingga pos 1 telah di babat menjadi ladang
penanaman kobis dan wortel. Sedangkan pepohonannya rata-rata telah banyak yang
mati.
Pada pos 1 hingga pos 2 bau menyengat keluar dari bebatuan yang
mengandung belerang, adapun tempatnya masuk ke dalam hutan manjauhi jalan.
Tanjakan semakin ngetrek saat meninggalkan pos 2 hingga pos 4. barulah setelah
pos 4 tumbuhan perdu yang ada pada ketinggian 2600 mdpl memenuhi lembah dan
ngarai.
Daerah di sekitar pos lima sering di sebut dengan Cokro Suryo, Cokro
Srengenge, yaitu hamparan rumput yang luasseperti alun alun. Masuk pada jalan
berikutnya sudah tidak terlalu ngetrek kita memasuki daerah sumur Jolotundo,
yaitu sebuah sumur berupa gua vertikal dan terdapat sumber air yang kecil di
dalam nya. Konon ada cerita jika kita masuk dan mengadahkan mulut menghadap ke
atas, dan secara kebetulan tenggorokkan kita ter tetesi oleh air yang menetes
dari langit langit gua, maka kita akan di beri limpahan sejeki oleh yang maha
kuasa. Selang beberapa puluh meter dari sumur Jolotundo kita akan sampai pada
sebuah sendang, dengan nama sendang Derajat. Air terang saja melimpah di
sendang yang ini, bahkan di samping sendang di bangunkan beberapa toilet umum.
Dan juga banyak sekali pedagang nasi pecel musiman yang sengaja berdagang
keperluan makan saat musim pendakian seperti bulan Suro kali ini.
Berikutnya
kita melingkari bawah puncak gunung untuk sampai pada Hargo Dalem, sebuah
petilasan Prabu Brawijaya ke V, dan sebuah makam sunan Lawu. Di wilayah Hargo
Dalem biasanya sangat ramai sekali, mengingat di daerah ini banyak sekali rumah
rumahan yang di buat para pedagang musiman, dan memang di bikinkan rerumahan
namanya Kandang Jaran atau Gedogan untuk para peziarah di petilasan Prabu
Brawijaya ke V, dan sebuah makam sunan Lawu. Nah pada pagi harinya barulah kita
akan melanjutkan perjalanan untuk mencapai puncak Gunung Lawu, Hargo Dumilah
dengan ketinggian 3165 meter di atas permukaan laut. Di puncaknya di bangun
tugu trianggulasi, dan banyak sekali sesembahan berupa dupa, kembang dan
beberapa makanan, ntah untuk siapa.
Dari puncak ini kita bisa melihat ke arah
timur yaitu gunung Wilis, dan jika saja cuaca lagi bagus bagusnya kita
bisamenyaksikan ke agungan gunung Semeru, Gunung Arjuno. Jika melihat ke arah
barat bisa di lihat gunung Merapi dan gunung Merbabu. Jalur Pendakian Cemoro
kandang
RUTE VIA CEMORO KANDANG
Sepanjang jalur dari Cemoro Kandang menuju puncak
jalur tidak ngetrek, namun cenderung melingkar dan menyusuri lereng bukit (kalo
cemoro sewu melalui punggung bukit) hingga pos 2 bau dari belerang sangat
menyengat, tumbuhan dari pos 1 hingga pos 4 adalah tanaman lamtoro gunung,
pinus dan pakis, di selingi tanaman perdu gunung.
Hingga memasuki Jurang
Pangariparip jalan selalu menyusuri lereng, namun jika anada tak ingin berjalan
melingkar anda bisa langsung melewati jalan sidatan, ngetrek dan kalo turun
hujan jalur ini akan di lewati air bah pegunungan. Sampai pada pos 4 nanti
tumbuhan sudahmulai jarang, dan di gantikan rerumputan gunung, Cokro srengenge
lebih luas melalui jalur ini, hamparan rumput menghampar hingga nanti bertemu
dengan jalur dari Cemoro Sewu, di daerah Hargo Dalem,
Anda akan memasuki daerah
pasar Dieng, yaitu hamparan padang edelweis di selinggi bebatuan yang tertata
rapi, menurut mitos pasar Dieng adalah pasarnya Setan. Jika melihat ke arah
utara yaitu Sisi Pasar Dieng mata kita pasti akan tertuju pada sebuah bukit
yang memiliki menara BTS, yaitu bukit Hargo Kahyangan. Melaui sisi sebelah
timur bukit Hargo Kahyangan inilah kita bisa melewati jalur pendakian dari sisi
Utara (Ngawi). -
(Sumber : Catatan Harian Keong - edited)
er:
http://chk2489.blogspot.com/2013/03/jalur-pendakian-gunung-lawu.html
Muhammad Chamdun
Pendakian pada gunung
Lawu 3265 mDpl dapat melalui 3 jalur. Jalur selatan yaitu melaluiCemoro
Sewu, Jalur Barat melalui Cemoro Kandang, dan Jalur yang terakhir adalah
jalur yang jarang sekali di lalui oleh orang pada umumnya hanya warga
Ngawi pada kususnya.Yaitu jalur Srambang.
Kita kupas satu persatu jalur ini, yang pertama bagi anda yang berangkat
dari Jawa timur, tentu saja perjalanan kendaraan di awali dengan
manaiki bus dari terminalMaospati hingga terminal Magetan. waktu tempuh
sekitar 30 menit. Jalan jalan menyusuri sesawahan padi. Hingga sedikit
masuk ke kota Magetan hawa sudah beranjak sejuk.
Di kota ini produk andalan nya adalah kerajinan kulit, dan tentunya ada
banyak sekali barang yang bisa kita buru pada pasar sentral industri
lokal. Ada tas, sabuk, sepatu dan pernak pernik lainya seputar kulit.
Dari terminal magetan kita musti oper terlebih dahulu dengan naik mobil
L300, menuju Ngerong (Pusat penjualan sayur mayur), melalui telaga
Sarangan (telaga paling keren di seputran Ma Pan Ma Wi Rogo). dan
berakhir di Cemoro sewu, yang merupakan pos pemberangkatan dari sisi
selatan.
Jalur Pendakian Cemoro Sewu
Nah sekarang kita membahas medan cemoro sewu hingga puncak. Awal
pendakian jalan masih lebar dan agak datar, setelah memasuki pos 1
barulah tanjakan demi tanjakan menantang di depan kita. Jalanpun juga
semakin menyempit. Pepohonan di sekitar pos 1 hingga pos 3 masih sama
yaitu pinus dengan di selingi pohon perdu. Namun sayang sekali pada
kanan kiri jalan, dari Cemoro sewu hingga pos 1 telah di babat menjadi
ladang penanaman kobis dan wortel.
Sedangkan pepohonannya rata-rata telah banyak yang mati. Pada pos 1
hingga pos 2 bau menyengat keluar dari bebatuan yang mengandung
belerang, adapun tempatnya masuk ke dalam hutan manjauhi jalan. Tanjakan
semakin ngetrek saat meninggalkan pos 2 hingga pos 4. barulah setelah
pos 4 tumbuhan perdu yang ada pada ketinggian 2600 mdpl memenuhi lembah
dan ngarai.
Daerah di sekitar pos lima sering di sebut dengan Cokro Suryo, Cokro
Srengenge, yaitu hamparan rumput yang luasseperti alun alun. Masuk pada
jalan berikutnya sudah tidak terlalu ngetrek kita memasuki daerah sumur
Jolotundo, yaitu sebuah sumur berupa gua vertikal dan terdapat sumber
air yang kecil di dalam nya.
Konon ada cerita jika kita masuk dan mengadahkan mulut menghadap ke
atas, dan secara kebetulan tenggorokkan kita ter tetesi oleh air yang
menetes dari langit langit gua, maka kita akan di beri limpahan sejeki
oleh yang maha kuasa. Selang beberapa puluh meter dari sumur Jolotundo
kita akan sampai pada sebuah sendang, dengan nama sendang Derajat. Air
terang saja melimpah di sendang yang ini, bahkan di samping sendang di
bangunkan beberapa toilet umum.
Dan juga banyak sekali pedagang nasi pecel musiman yang sengaja
berdagang keperluan makan saat musim pendakian seperti bulan Suro kali
ini. Berikutnya kita melingkari bawah puncak gunung untuk sampai pada
Hargo Dalem, sebuah petilasan Prabu Brawijaya ke V, dan sebuah makam
sunan Lawu. Di wilayah Hargo Dalem biasanya sangat ramai sekali,
mengingat di daerah ini banyak sekali rumah rumahan yang di buat para
pedagang musiman, dan memang di bikinkan rerumahan namanya Kandang Jaran
atau Gedogan untuk para peziarah di petilasan Prabu Brawijaya ke V, dan
sebuah makam sunan Lawu.
Nah pada pagi harinya barulah kita akan melanjutkan perjalanan untuk
mencapai puncak Gunung Lawu, Hargo Dumilah dengan ketinggian 3165 meter
di atas permukaan laut. Di puncaknya di bangun tugu trianggulasi, dan
banyak sekali sesembahan berupa dupa, kembang dan beberapa makanan, ntah
untuk siapa. Dari puncak ini kita bisa melihat ke arah timur yaitu
gunung Wilis, dan jika saja cuaca lagi bagus bagusnya kita
bisamenyaksikan ke agungan gunung Semeru, Gunung Arjuno. Jika melihat ke
arah barat bisa di lihat gunung Merapi dan gunung Merbabu.
Jalur PendakianCemoro kandang
Dan bagi anda yang ingin mendaki dari Jawa Tengah dan Jogja,bisa menaiki
bus dari terminal Solo, melewati Palur dan Karanganyar, dan bus
berakhir di Tawangmangu (terkenal dengan gerojokan sewu nya) Dari
Tawangmangu berganti kendaraan pickup bertutup, atau naik L300, untuk
menuju ke Cemoro Kandang.
Dalam perjalan mata kita selaui manatap hamparan sesawahan kobis, wortel
dan kentang, dipinggir pinggir jalanya pun ada beberapa warga yang
mencuci hasil panen di saluran air pinggir jalan. Sesampainya di Cemoro
kandang biasanya kita terlebih dahulu beristirahat sejenak, minum kopi
ataupun hanya sekedar mengobrol saja. Karena di Cemoro Kandang terdapat
lebih banya warung dari pada di Cemoro Sewu.
Sepanjang jalur dari Cemoro Kandang menuju puncak jalur tidak ngetrek,
namun cenderung melingkar dan menyusuri lereng bukit (kalo cemoro sewu
melalui punggung bukit) hingga pos 2 bau dari belerang sangat menyengat,
tumbuhan dari pos 1 hingga pos 4 adalah tanaman lamtoro gunung, pinus
dan pakis, di selingi tanaman perdu gunung.
Hingga memasuki Jurang Pangariparip jalan selalu menyusuri lereng, namun
jika anada tak ingin berjalan melingkar anda bisa langsung melewati
jalan sidatan, ngetrek dan kalo turun hujan jalur ini akan di lewati air
bah pegunungan. Sampai pada pos 4 nanti tumbuhan sudahmulai jarang, dan
di gantikan rerumputan gunung, Cokro srengenge lebih luas melalui jalur
ini, hamparan rumput menghampar hingga nanti bertemu dengan jalur dari
Cemoro Sewu, di daerah HargoDalem,
Anda akan memasuki daerah pasar Dieng, yaitu hamparan padang edelweis di
selinggi bebatuan yang tertata rapi, menurut mitos pasar Dieng adalah
pasarnya Setan. Jika melihat ke arah utara yaitu Sisi Pasar Dieng mata
kita pasti akan tertuju pada sebuah bukit yang memiliki menara BTS,
yaitu bukit Hargo Kahyangan. Melaui sisi sebelah timur bukit Hargo
Kahyangan inilah kita bisa melewati jalur pendakian dari sisi Utara
(Ngawi).
- See more at:
http://chk2489.blogspot.com/2013/03/jalur-pendakian-gunung-lawu.html#sthash.gIMynDXT.dpuf
Sumber:
http://chk2489.blogspot.com/2013/03/jalur-pendakian-gunung-lawu.html
Muhammad Chamdun