Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

HIPOTHERMIA BUKAN ACUTE MOUNTAIN SICKNESS








HIPOTHERMIA BUKAN ACUTE MOUNTAIN SICKNESS

Pertanyaan pertama :

“Dok, untuk hipothermia jika sudah tidak bisa ditangani dengan menggunakan emergency blanket berarti harus ditolong dengan teknik skin to skin ya Dok ?” (iki nanya tapi sambil maksa saya kudu mengiyakan pendapat dia)

Pertanyaan kedua :

“Bu, mau tanya untuk meningkatkan ambang tubuh menghadapi hypothermia, berapa dosis dexamethasone yang aman untuk mendaki gunung”

Saya gemas karena kedua pertanyaan tersebut tidak ada dalam berbagai referensi yang pernah saya baca. Mungkin mereka denger-denger, katanya si ono si itu, nggak membaca refensi yang benar, padahal referensi yang benar tentang hypothermia bertebaran di internet di situs-situs yang bisa dipercaya.

Pertanyaan pertama tentang teknik pertolongan pertama hypothermia dengan teknik skin to skin alias buka baju korban dan buka baju penolong kemudian korban dipeluk dan masuk ke dalam sleeping bag, teknik itu sudah saya cari diberbagai buku dan referensi tapi saya kok tidak menemukannya. Artinya teknik yang diyakini oleh para pecinta alam selama bertahun-tahun turun temurun itu tidak ada referensinya. Itu seperti teknik pertolongan pertama luka bakar menggunakan pasta gigi yang nggak ada referensinya tapi diyakini selama bertahun-tahun disebarkan dari mulut ke mulut.

Trus gimana dong yang bener ?

Yang jelas gini lhoh, saat kita mau mendaki gunung kan sudah tahu bakal berhadapan dengan kondisi dingin, perjalanan melelahkan, jadi ya kudu pake persiapan. Persiapkan pakaian yang sesuai untuk mendaki gunung, baju ganti kering yang dibungkus plastik supaya nggak basah saat hujan, makanan yang cukup kalorinya serta perlengkapan pendukung lainnya. Jangan ngikuti film 5 cm naik gunung pakai celana jeans, bawa day pack naik ke Semeru, lha emang mau makan angin 😛

Trus belajar mendirikan bivak sebagai tempat berlindung jika dibutuhkan. Belajar masak, Belajar Pertolongan Pertama, belajar CPR, belajar tentang apa itu hypothermia, bagaimana bisa sampai terjadi hypothermia, kenali gejala dan tandanya apa saja, jadi kalau ada temannya yang menunjukkan gejala tanda hypothermia dini segera berhenti, istirahat, bikin tempat bernaung, lakukan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk mencegah hypothermia menjadi lebih berat. Ganti pakaiannya yang basah dengan pakaian kering, beri minuman hangat yang tidak bersifat diuretic, masak makanan yang cukup kalorinya. Pastikan korban sadar, jika nggak sadar pastikan jalan napasnya terbuka, belajar posisi miring stabil, kalau sampai nggak napas ya lakukan CPR. Ngapain telanjang-telanjang nolong korban hypothermia ? Yang ada ikutan hypothermia.

(jika ada yang punya referensi tentang teknik skin to skin tersebut tolong infokan ke saya ya, mungkin saya yang kurang teliti belajarnya)

Trus pertanyaan kedua tentang pemakaian dexamethasone untuk mencegah hypothermia, saya sampai terheran-heran itu dapat pengetahuan dari mana coba ?

Dexamethasone adalah kortikosteroid, salah satu fungsinya adalah mengurangi peradangan. Obat ini bisa dikombinasikan dengan obat lain digunakan untuk mengatasi kasus HAPE (High Altitude Pulmonary Edema) dan HACE ( High Altitude Cerebral Edema) yang merupakan bagian dari Acute Mountain Sickness, bukan karena hypothermia. Dan umumnya Acute Mountain Sickness terjadi pada pendakian diatas ketinggian 2500 meter. Untuk bisa terjadi HAPE dan HACE gunung yang didaki ketinggiannya sepertinya diatas 4000 meter

Jadi kalau minum Dexamethasone trus naik gunung tanpa persiapan yang memadai ya tetap saja bakal hypothermia, karena kegunaannya bukan untuk mencegah hypothermia dan juga tidak mencegah Acute Mountain Sickness. Jadi beda ya HIPOTHERMIA dan ACUTE MOUNTAIN SICKNESS !

Buat teman-teman yang suka melakukan kegiatan pendakian, sebelum mendaki belajar dulu, selain teknik mendaki yang benar juga pelajari hazard apa saja sih yang ada saat pendakian, bagaimana mengantisipasinya, ilmu apa saja yang harus dipelajari

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

TIPS MENGHINDARI PETIR 
KETIKA MENDAKI GUNUNG


Petir atau halilintar adalah gejala alam yang biasanya muncul pada musim hujan di mana di langit muncul kilatan cahaya sesaat yang menyilaukan biasanya disebut kilat, yang beberapa saat kemudian disusul dengan suara menggelegar sering disebut Guruh. Perbedaan waktu kemunculan ini disebabkan adanya perbedaan antara kecepatan suara dan kecepatan cahaya.
Biasanya petir disertai dengan suara gemuruh yang biasa disebut guruh atau biasanya dibilang geledek, suara yang kencang itu terjadi karena saat udara dilewati petir, terjadi pemanasan dan pemuaian udara dengan sangat cepat sehingga udara menjadi plasma dan meledak menghasilkan suara yang menggelegar.Sebenarnya proses terbentuknya suara ini terjadi bersamaan dengan saat terjadi petir, namun biasanya guruh baru terdengar setelah petir terlihat. Keterlambatan suara guruh itu terjadi karena perbedaan antara kecepatan cahaya ( 3x100000000m/s) dan kecepatan bunyi di udara ( 340 m/s ).
Petir merupakan gejala alam yang bisa kita analogikan dengan sebuah kapasitor raksasa, dimana lempeng pertama adalah awan (bisa lempeng negatif atau lempeng positif) dan lempeng kedua adalah bumi (dianggap netral). Seperti yang sudah diketahui kapasitor adalah sebuah komponen pasif pada rangkaian listrik yang bisa menyimpan energi sesaat (energy storage). Petir juga dapat terjadi dari awan ke awan (intercloud), dimana salah satu awan bermuatan negatif dan awan lainnya bermuatan positif.



 CARA MENGHINDARI BAHAYA PETIR
•    Apabila sebuah bangunan yang tinggi dengan penangkal petir maka jika ada petir akan menyambar penangkal kemudian di salurkan melalui kawat besar yang terbuat dari tembaga atau kuningan menuju ke tanah.
•    Apabila terjadi hujan dan petir lebih baik kita menghindari tempat terbuka
•    Untuk menghindari dari kerusakan alat listrik di rumah apabila terjadi hujan dan petir adalah mematikan listrik, mencabut saluran antene di televisi, dan mencabut kabel telepon.

          Adapun  cara menghindari petir saat hujan, khususnya jika kamu berada di Gunung.
"Usahakan tidak berada di dekat pohon yang tumbuh atau berdiri sendiri;
"Hindarilah area terbuka, jika kamu berada di tempat itu segeralah turun;
"Usahakan posisi tubuh serendah mungkin dan mengindari area yang banyak air;
"Hindari tubuh dari bahan-bahan yang bersifat konduktor seperti logam, karena dapat menangkap petir; 
"Usahakan agar tubuh tidak langsung menyentuh tanah atau gunakan isolator sebagai pembatas misalnya matras, sepatu atau alas kaki;
"Jika bergerombol usahakan berpencar dengan jarak antara satu dengan yang lain kira-kira 5 meter; 
"Cara yang paling terbaik untuk menghindari sambaran adalah dengan berada diantara pepohonan;

Jadi dapat disimpulkan bahwa tips atau cara menghindari sambaran petir ketika maendaki gunung adalah :

1. Hindari berlindung di bawah pohon  
Petir akan menyambar objek tertinggi di suatu wilayah, tak terkecuali pohon. Ketika petir menyambar pohon, aliran listrik dari sambaran petir akan mengalir ke tanah. Hal tersebut dapat membahayakan manusia yang berada di bawahnya.
2. Hindari padang rumput 
 Jangan berada di padang rumput yang luas, puncak, atau punggungan gunung yang terbuka. Sebisa mungkin carilah tempat dan dirikan tenda di celah-celah tebing.
3. Matikan peralatan komunikasi 
 Matikan segala peralatan elektronik yang mampu memancarkan ataupun menerima gelombang, seperti telepon genggam, handy talky (HT), GPS, ataupun radio. Gelombang pada peralatan komunikasi tersebut akan memancing petir untuk mengalirkan sambarannya ke benda - benda tersebut.
4. Melepaskan peralatan berbahan metal 
 Bahan metal berbahaya karena bisa menghantarkan listrik sekaligus mampu menangkap kilat.
5. Buatlah jarak antar tiap anggota di dalam grup pendakian  
Jika berada dalam grup pendakian, jangan terlalu berdekatan. Buatlah sedikit jarak, agar jika salah seorang tersambar petir, maka sambaran petir tidak akan mengenai anggota rombongan lainnya, sehingga anggota rombongan yang selamat dapat memberikan pertolongan.


''SWAJAGRABHUANA''

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

CANYONING CURUG BANDUNG
PARMA Adventure




Air Terjun Curug Bandung terletak di Desa Limbangan, Kecamatan Wanareja, Kabupaten Cilacap, Propinsi Jawa Tengah.
Curug Bandung mempunyai dua terjunan air yg berdampingan, di mana curug disebelah kiri agak lebih gede. Ketinggian curug ini seputar 25 m. Sebenarnya tetap ada lagi 2-3 curug disekitar kawasan ini yg lebih agung & lebih keren, tapi sebab keadaan jalan menuju kesana lumayan susah utk ditempuh.
Tempat wisata Curug Bandung berada di ketinggian lebih kurang 500 m dpl & ini belum dikelola dengan cara profesional oleh pemda setempat. Keadaannya masihlah amat sangat alami, tapi menaruh potensi utk dikembangkan.
Pada kali ini PARMA adventure Majenang mencoba Adrenalin dengan melakukan Canyoning menuruni air terjun curug bandung.
Canyoning, adalah jenis olahraga alam yang belum begitu populer di Indonesia ini justru semarak dilakukan saat musim penghujan. Sepintas, canyoning mirip dengan panjat tebing, hanya saja, olahraga yang di Amerika Serikat dikenal dengan Canyoneering ini dilakukan dibawah derasnya guyuran air terjun. Musim penghujan sengaja dipilih untuk memanjat, karena debit air terjun yang melimpah. “Tantangannya justru terletak pada hambatan derasnya air terjun”

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/djooks/canyoning-cara-baru-menikmati-air-terjun_54fff66ea33311c76d50f8a2
Canyoning, adalah jenis olahraga alam yang belum begitu populer di Indonesia ini justru semarak dilakukan saat musim penghujan. Sepintas, canyoning mirip dengan panjat tebing, hanya saja, olahraga yang di Amerika Serikat dikenal dengan Canyoneering ini dilakukan dibawah derasnya guyuran air terjun. Musim penghujan sengaja dipilih untuk memanjat, karena debit air terjun yang melimpah. “Tantangannya justru terletak pada hambatan derasnya air terjun

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/djooks/canyoning-cara-baru-menikmati-air-terjun_54fff66ea33311c76d50f8a2
Canyoning, adalah jenis olahraga alam yang belum begitu populer di Indonesia ini justru semarak dilakukan saat musim penghujan. Sepintas, canyoning mirip dengan panjat tebing, hanya saja, olahraga yang di Amerika Serikat dikenal dengan Canyoneering ini dilakukan dibawah derasnya guyuran air terjun. Musim penghujan sengaja dipilih untuk memanjat, karena debit air terjun yang melimpah. “Tantangannya justru terletak pada hambatan derasnya air terjun”

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/djooks/canyoning-cara-baru-menikmati-air-terjun_54fff66ea33311c76d50f8a2

Canyoning, adalah jenis olahraga alam yang belum begitu populer di Indonesia ini justru semarak dilakukan saat musim penghujan. Sepintas, canyoning mirip dengan panjat tebing, hanya saja, olahraga yang di Amerika Serikat dikenal dengan Canyoneering ini dilakukan dibawah derasnya guyuran air terjun. Musim penghujan sengaja dipilih untuk memanjat, karena debit air terjun yang melimpah. “Tantangannya justru terletak pada hambatan derasnya air terjun

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/djooks/canyoning-cara-baru-menikmati-air-terjun_54fff66ea33311c76d50f8a2
 Canyoning (atau dikenal juga dengan nama canyoneering) sendiri—sesuai asal katanya, canyon, sebetulnya berarti perjalanan mengarungi canyon atau air terjun, dengan berbagai cara: berjalan, merayap, memanjat, melompat, menuruni tebing air terjun dengan tali,
Sebelum mulai menuruni air terjun, hal pertama yang harus dilakukan adalah mencari tempat untuk memasang pengaman. Tentu saja pengaman yang dipasang harus betul-betul aman. Biasanya sih berlapis-lapis, ada yang dipasang ke batu besar, ke batang pohon, atau ke benda lain yang tentu saja harus kokoh betul. Kadang-kadang juga harus ada seorang belayer di bagian bawah air terjun. Dan jangan lupa untuk memeriksa pengaman tubuh kita, apakah harness-nya sudah terpasang sempurna atau carabiner sudah terkunci. Jangan lupa juga pakai helm! Selain untuk keamanan dan keselamatan kita, helm ini berguna untuk menahan semburan air. Baju yang dipakai juga sebaiknya wetsuit untuk berbasah-basah (dan jangan lupa bawa ganti ya, sampai baju dalam juga—soalnya memang basah sekujur tubuh).


Canyoning, adalah jenis olahraga alam yang belum begitu populer di Indonesia ini justru semarak dilakukan saat musim penghujan. Sepintas, canyoning mirip dengan panjat tebing, hanya saja, olahraga yang di Amerika Serikat dikenal dengan Canyoneering ini dilakukan dibawah derasnya guyuran air terjun. Musim penghujan sengaja dipilih untuk memanjat, karena debit air terjun yang melimpah. “Tantangannya justru terletak pada hambatan derasnya air terjun”

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/djooks/canyoning-cara-baru-menikmati-air-terjun_54fff66ea33311c76d50f

Canyoning, adalah jenis olahraga alam yang belum begitu populer di Indonesia ini justru semarak dilakukan saat musim penghujan. Sepintas, canyoning mirip dengan panjat tebing, hanya saja, olahraga yang di Amerika Serikat dikenal dengan Canyoneering ini dilakukan dibawah derasnya guyuran air terjun. Musim penghujan sengaja dipilih untuk memanjat, karena debit air terjun yang melimpah. “Tantangannya justru terletak pada hambatan derasnya air terjun”

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/djooks/canyoning-cara-baru-menikmati-air-terjun_54fff66ea33311c76d50f8a2



RAPPELING
teknik rappeling juga merupakan teknik wajib dalam pendakian gunung atau mountaineering. Dalam mendaki gunung, terkadang pendaki menghadapi kondisi cuaca buruk seperti badai disertai petir, dan demi keselamatan pendaki harus turun gunung, disinilah kemampuan rapelling diperlukan. Teknik rappeling ini sangat krusial dan merupakan teknik yang paling berbahaya, pendaki selain harus memiliki kemampuan rappeling yang bagus juga harus mempunyai pengalaman dalam menangani berbagai peralatan pendakian seperti harness, tali, descender dan lain-lain.



Dalam rappeling atau dalam kegiatan panjat tebing, pendaki membutuhkan peralatan yang harus dibawa. Pengetahuan akan rig dalam rappeling sangat diperlukan agar tidak terjadi crash saat berada diatas tebing, berikut beberapa alat yang mesti dibawa:
  • Harness
    Harness merupakan alat yang dipasang dibagian perut, dan fungsinya yaitu untuk mengaitkan tali kernmentle kebagian tubuh agar pendaki tidak jatuh. Dalam olahraga panjat tebing, perlu diketahui bahwa terdapat dua tipe harness yaitu full body harness dan sit harness.
  • Tali Kernmentle
    Salah satu alat yang paling penting dalam rappeling adalah tali kernmentle karena fungsinya memang untuk rappeling. Dalam panjat tebing biasanya ukuran tali kernmentle ini adalah 8-11 milimeter. Tali ini mesti mampu menopang beban dari pendaki, dan biasanya mampu menahan beban hingga 1-2 ton.
  • Karabiner
    Karabiner bukanlah hal asing bagi pecinta alam, berbentuk oval dan merupakan cincin kait yang berfungsi menahan beban. Biasanya terbuat dari aluminium solid dan mampu menahan beban hingga 3 ton.
          Sarung Tangan
         Dalam rappeling biasanya yang paling banyak melakukan gerakan adalah tangan, dan untuk      menjaga        agar telapak tangan tidak mengalami lecet maka harus menggunakan sarung tangan




Terdapat beberapa cara dalam teknik rappeling ini, berikut cara-caranya:
  • Berlari
    Teknik ini membutuhkan skill rappeling tingkat tinggi, tidak sembarang orang bisa melakukannya. Pendaki melakukan rappeling dengan berlari, kamu bisa melihat contohnya dalam film Mission Impossible yang dibintangi oleh Tom Cruise.
  • Melompat
    Dalam teknik ini, climber melakukan lompatan-lompatan kecil dalam rappeling. Dibutuhkan konsentrasi tinggi untuk melakukannya.
  • Rappeling Normal
    Dalam rappeling normal, pendaki hanya perlu menyusuri tepi tebing dengan perlahan-lahan.
  • Free Fall
    Pendaki profesional biasanya sering melakukan teknik-teknik ekstrem, dan dalam rappeling mereka biasanya menggunakan teknik rappeling free fall yaitu pendaki menggunakan gerakan bebas saat menuruni tebing.
  • Kepala Dibawah
    Ini adalah teknik rappeling paling ekstrem dan sangat menguras adrenalin, hanya orang-orang dengan tingkat kegilaan tinggi yang mau melakukan
 SWAJAGRA BHUANA

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

BELAJAR TEKNIK DASAR NAVIGASI DARAT

BELAJAR 
TEKNIK DASAR NAVIGASI DARAT..




Sebagai penggiat kegiatan alam bebas, pengetahuan tentang medan merupakan sebuah modal yang harus dimiliki. Pengetahuan penguasaan medan akan mempermudah kita untuk mencapai tujuan dan target tertentu dalam berkegiatan di alam bebas. Selain itu penguasaan medan ini juga dapat berguna dalam kegiatan-kegiatan kemanusiaan. Untuk pelaksanaan tugas SAR, evakuasi, dan lain-lain

Pengetahuan tentang medan ini antara lain meliputi survival, teknik hidup di alam bebas, dan navigasi darat. Selain mungkin ada bebarapa materi pendukung seperti perencanaan perjalanan, kesehatan perjalanan, komunikasi lapangan, pengetahuan geologi, pengetahuan lingkungan, 

Navigasi darat adalah ilmu praktis. Kemampuan bernavigasi dapat terasah jika sering berlatih. Pemahaman teori dan konsep hanyalah faktor yang membantu, dan tidak menjamin jika mengetahui teorinya secara lengkap, maka kemampuan navigasinya menjadi tinggi. Bahkan seorang jago navigasi yang tidak pernah berlatih dalam jangka waktu lama, dapat mengurangi kepekaannya dalam menerjemahkan tanda-tanda di peta ke medan sebenarnya, atau menerjemahkan tanda-tanda medan ke dalam peta. Untuk itu, latihan sesering mungkin akan membantu kita untuk dapat mengasah kepekaan, dan pada akhirnya navigasi darat yang telah kita pelajari menjadi bermanfaat untuk kita dan orang lain.

 


Navigasi Darat adalah suatu tekhnik untuk menentukan kedudukan suatu tempat dan arah lintasan perjalanan secara tepat baik di medan sebenarnya maupun pada peta, ssedangkan personil yang menggunakannya disebut NAVIGATOR. 
Berkaitan dengan pengertian tersebut, pemahaman tentang kompas dan peta serta cara penggunaannya mutlak harus dikuasai.

Pada prinsipnya navigasi adalah cara menentukan arah dan posisi, yaitu arah yang akan dituju dan posisi keberadaan navigator berada di medan sebenarnya yang diproyeksikan pada peta. Kunci pemahaman navigasi hanya 2 macam, yaitu :
1. Mampu merekam dan membaca gambar permukaan fisik bumi
2. Mampu menggunakan peralatan pedoman arah.


Alat yang diperlukan untuk melakukan Navigasi Darat, antara lain :
- Peta 

– Kompas
– Altimeter 
– Protaktor 
– Alat Tulis
 – Penggaris.


 PETA

a. Pengertian
Peta merupakan penggambaran dua dimensi sebagian atau seluruh permukaan fisik bumi pada bidang datar dari yang dilihat dari atas, dan diperkecil atau diperbesar dengan perbandingan tertentu yang disebut kedar / skala.
Peta yang diperlukan untuk keperluan navigasi darat adalah peta topografi atau peta rupa bumi atau peta kontur dengan skala sedang. Peta topografi memetakan tempat-tempat di permukaan bumi yang berketinggian sama dari permukaan laut menjadi bentuk garis-garis kontur, dengan satu garis kontur mewakili satu titik ketinggian.
Di Indonesia, peta yang lazim digunakan adalah peta keluaran Direktorat Geologi Bandung, lalu peta dari Jawatan Topologi, yang sering disebut sebagai peta AMS (American Map Service) dibuat oleh Amerika dan rata-rata dikeluarkan pada tahun 1960. Peta AMS biasanya berskala 1:50.000 dengan interval kontur (jarak antar kontur) 25 m. Selain itu ada peta keluaran Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional) yang lebih baru, dengan skala 1:50.000 atau 1:25.000 (dengan interval kontur 12,5 m). Peta keluaran Bakosurtanal biasanya berwarna.




b. Jenis-Jenis Peta
Dengan kemajuan teknologi, seluruh wujud fisik muka bumi ini dapat kita pelajari dengan seksama dari peta sesuai dengan banyaknya data dan informasi yang disajikan (berdasarkan luas daerah yang tergambar) maka peta dapat dibedakan menurut :


1. INFORMASI

Menurut informasi atau isinya peta dibedakan menjadi :
a. Peta Geografis
Peta Geografis (Geo=Bumi, Grafos=Catatan) menyajikan gambaran dari seluruh permukaan fisik bumi ini, seperti Atlas Globe.
b. Peta Topografi
Menyajikan gambaran-gambaran proyeksi dari bagian-bagian permukaan bumi, seperti peta Indonesia, peta G.Burangrang. Peta ini berskala 1:25000 – 1:250000.
c. Peta Tekhnis
Menyajikan gambaran proyeksi permukaan fisik bumi unntuk menunjang kebutuhan-kebutuhan tekhnik tertentu, seperti peta tekhnis jaringa jalan raya, jaringan rel KA. Peta ini berskala antara 1:25000.
d. Peta Tematik
Menyajikan data dan informasi yang mempunyai tema (topik) tertentu sehubungan dengan kedudukan geografi-nya, sebagai contoh peta distribusi peluru kendali AS, peta kepadatan penduduk di Indonesia, peta lahan pertanian.
e. Foto Udara
Peta yang memberikan gambaran yang aktual dari permukaan bumi.


2. SKALA

Penggolongan peta berdasarkan skala ini dibedakan menjadi peta skala besar, skala menengah dan skala kecil, yaitu sebagai berikut :
A. Peta Skala Besar ( 1 : 1.000 s/d 1 : 25.000 )
B. Peta Skala Sedang ( 1 : 25.000 s/d 1 : 50.000 )
C. Peta Skala Kecil ( 1 : 50.000 s/d 1: 500.000 atau lebih kecil lagi )


3. TUJUAN dan PENGGUNAAN PETA

– Untuk tujuan militer, contoh : peta strategis 1 : 500.000, peta taktis 1 : 25.000, peta penerjunan 1 : 10.000 dan lain sebagainya
– Untuk tujuan pembangunan, contoh : peta pengenalan wilayah, peta pra-rencana, peta rencana, peta studi kelayakan dan lain-lain.


4. LUAS DAERAH

Menurut luas cakupan daerah yang dipetakan, contoh : peta Desa, peta kecamatan, peta kabupaten, dsb.


5. PROYEKSI

Proyeksi peta adalah suatu teknik pemindahan gambar peta ke berbagai macam bentuk peta. Proyeksi yang biasa digunakan, contoh peta Proyeksi Polieder (terbitan Jantop Hindia Belanda), peta Proyeksi LCO (Lambert Conical Ortomorfik) terbitan sekutu, peta Proyeksi UTM (Universal Tranfer Mercator) atau sistem perpetaan yang digunakan secara Internasional dan peta Proyeksi lainnya.



c. Bagian-bagian Peta


1. JUDUL PETA

Merupakan lokasi yang ditunjukkan oleh peta bersangkutan. Judul peta tertera di bagian atas tengah peta.


2. NOMOR PETA

Nomor peta merupakan nomor registrasi dari badan pembuat peta. Selain itu juga sebagai petunjuk apabila kita memerlukan peta daerah lain di sekitar daerah yang dipetakan tersebut. Nomor peta terdapat di sebelah kanan atas peta. Elemen pokok untuk mengidentifikasi peta adalah :
A. Nomor Seri Peta
B. Nomor Lembar Peta
C. Keterangan Edisi
Peta topografi di Indonesia, nomor seri peta dan lembar peta merupakan satu bagian dengan judul peta. Nomor seri peta merupakan identitas untuk daerah dan skala peta. Nomor edisi merupakan identitas kemutakhiran dari informasi yang disajikan pada peta.


3. TAHUN PETA

Menunjukkan tentang tahun pembuatan peta tersebut. Semakin baru tahun peta, maka data pada peta tersebut semakin akurat.


4. LEGENDA PETA

Memuat keterangan-keterangan pada peta yang berupa symbol / tanda, misalnya jalan, sungai, pemukiman, dll.


5. KARVAK

Yaitu Daerah tertentu di peta yang dibagi menjadi bagian berupa bujur sangkar.
Caranya :
1. Dua angka terakhir yang berada disebelah barat / kiri dari daerah / titik yang dimaksud
2. Dua angka terakhir yang berada di debelah selatan / bawah dari daerah atau titik yang dimaksud
3. Lembaran Peta selalu disebutkan lebih dahulu, diberi garis pemisah ( garis penghubung ), selanjutnya disebut bujur sangkar / KARVAK.


6. ARAH UTARA

I. Utara sebenarnya/True North : Arah utara yang ditunjukkan oleh garis meridian dan menuju ke kutub utara, atau pertemuan garis-garis meridian yang terdapat di kutub utara atau titik poros bumi.

II. Utara Magnetis/Magnetic North : Yaitu arah utara yang ditunjukkan oleh garis tangah jarum kompas, dan tujuannya ke kutub magnetis bumi, yaitu di pulau Ellesmere, Canada, daerah Greenland dan adanya hanya di kompas.

III. Utara Peta/Map North : Arah utara yang terdapat pada peta. Yaitu arah utara yang ditujukkan oleh garis tegak pada peta dan adanya hanya di peta.


7. KOORDINAT

Koordinat adalah kedudukan suatu titik pada peta. Secara teori, koordinat merupakan titik pertemuan antara absis dan ordinat. Dalam menentukan Koordinat dilakukan diatas Peta dan bukan dilapangan. Penunjukannya dengan system Koordinat 6 atau 8 angka.
Peta Topografi selalu dibagi dalam kotak-kotak (karvak) untuk membantu menentukan posisi dipeta dalam hitungan koordinat. Untuk daerah yang luas dipakai penomoran 6 angka, dan untuk daerah yang lebih sempit dengan penomoran 8 angka. Koordinat ditentukan dengan sistem sumbu yaitu garis-garis yang saling berpotongan tegak lurus (garis bujur dan lintang).


Sistem koordinat yang resmi dipakai ada dua macam yaitu :

1. Koordinat Geografis (Geographical Coordinate)
Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (bujur barat dan bujur timur) yang tegak lurus dengan garis khatulistiwa, dan garis lintang (lintang utara dan lintang selatan) yang sejajar dengan garis khatulistiwa. Koordinat geografis dinyatakan dalam satuan derajat, menit, detik dan second. Pada peta Bakosurtanal, biasanya menggunakan koordinat geografis sebagai koordinat utama. Pada peta ini, satu kotak (atau sering disebut satu karvak) lebarnya adalah 3,71 cm. Pada skala 1:25.000, satu karvak sama dengan 30 detik (30″), dan pada peta skala 1:50.000, satu karvak sama dengan 1 menit (60″).


2. Koordinat Grid (Grid Coordinate atau UTM)
sering disebut koordinat peta. Dalam koordinat grid, kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak setiap titik acuan. Untuk wilayah Indonesia, titik acuan berada disebelah barat Jakarta (60 LU, 980 BT). Garis vertikal diberi nomor urut dari selatan ke utara, sedangkan horizontal dari barat ke timur. Sistem koordinat mengenal penomoran 4 angka, 6 angka dan 8 angka. Pada peta AMS, biasanya menggunakan koordinat grid. Satu karvak sebanding dengan 2 cm pada Peta 1 : 50.000 dan 4 cm pada Peta 1 : 25.000. Karena itu untuk penentuan koordinat koordinat grid 4 angka, dapat langsung ditentukan. Penentuan koordinat grid 6 angka, satu karvak dibagi terlebih dahulu menjadi 10 bagian (per 2 mm). Sedangkan penentuan koordinat grid 8 angka dibagi menjadi sepuluh bagian (per 1 mm).
Dalam menunjukkan koordinat, disebutkan dari barat ke timur dan dari selatan ke utara, atau dengan kata lain garis tegak dan garis datar, cara menyebutkannya :
1. Sebut dahulu ► OBJEK
2. Sebutkan ► NOMOR LEMBAR PETA
3. Kemudian sebutkan ► KOORDINAT


5. SKALA PETA

Adalah perbandingan jarak antara 2 titik di peta dengan jarak mendatar (horizontal) antara 2 titik yang serupa di medan sebenarnya.


Rumus Dasarnya
Jarak Peta x Skala = Jarak Mendatar


Sifat Skala
– semakin besar angka dibelakang tanda ( : ), makin Kecil skala petanya.
– semakin kecil angka dibelakang tanda ( : ), makin Besar skala petanya.


Macam-macam Skala :

A. Skala Angka / Skala Pecahan
Contohnya seperti 1 : 1000 yang berarti 1 cm di peta sama dengan 1000 cm jarak aslinya di dunia nyata.

B. Skala Satuan
Misalnya seperti 1 inchi to 5 miles dengan arti 1 inch di peta adalah sama dengan 5 mil pada jarak sebenarnya.

C. Skala Garis
Skala garis menampilkan suatu garis dengan beberapa satuan jarak yang menyatakan suatu jarak pada tiap satuan jarak yang ada. Skala ini dibuat dalam bentuk garis horisontal yang memiliki panjang tertentu dan tiap ruas berukuran 1 cm/lebih untuk mewakili jarak tertentu yang diinginkan oleh pembuat peta.

Menyatakan skala
Dengan perkataan : 1 cm = 500 m
Dengan perbandingan : 1 : 50000
Dengan pecahan : 1 / 50000


7. CONTOUR – GARIS KETINGGIAN

Merupakan Garis Khayal di atas permukaan tanah yang menghubungkan titik-titik yang sama tingginya dan biasanya berkelok-kelok serta tertutup, atau garis yang menghubungkan titik – titik ketinggian yang sama dari permukaan laut dan digambarkan dengan warna Coklat di atas Peta (pada peta berwarna).
Dalam membaca Garis Ketinggian, yang perlu diperhatikan adalah mengetahui Sifat – Sifat dari Garis Ketinggian.

Macam-macam Garis Ketinggian antara lain :
1. Garis Ketinggian yang digambarkan Tipis.
2. Garis Ketinggian yang digambarkan Tebal
3. Garis Ketinggian yang digambarkan Terputus-Putus.


Maksud adanya garis ketinggian, yaitu :
1. untuk mengetahui tinggi suatu tempat dari permukaan air laut
2. untuk mengetahui bentuk medan yang sebenarnya.


Sifat – Sifat dari Garis Ketinggian

1. Garis Ketinggian satu dengan yang lainnya tidak saling berpotongan dan tidak bercabang.
2. Garis ketinggian pertama telah mempunyai harga yang paling tinggi (puncak).
3. Garis ketinggian yang lebih rendah selalu mengelilingi garis ketinggian yang lebih tinggi, kecuali daerah   depresi / cekungan yang diberi keterangan secara khusus, misalnya kawah, danau, dll.
4. Untuk daerah yang Landai, Garis Ketinggian akan saling berjauhan, sedangkan daerah Terjal mempunyai Contour yang saling berdekatan / rapat.
5. Garis ketinggian berbentuk U yang ujungnya melengkung menjauhi puncak merupakan Punggungan
6. Garis ketinggian yang berbentuk n yang ujungnya tajam menjorok mendekati kepuncak merupakan Lembahan. Kontur lembahan biasanya rapat dan terdapat sungai.
7. Pelana / Saddle, daerah lembah tidak terlalu dalam (landai), rendah dan sempit diantara dua garis ketinggian yang sama tingginya, tetapi terpisah antara satu dengan lainnya. Pelana yang terdapat diantara 2 gunung besar, disebut Pass.
8. Coll, daerah lembah yang dalam diantara 2 titik ketinggian.
9. Garis ketinggian ke-sepuluh (10) digambarkan lebih tebal, kecuali ditentukan lain.
10. Sungai, terlihat dipeta sebagai garis yang memotong rangkaian kontur, biasanya ada di lembahan, dan namanya tertera mengikuti alur sungai. Dalam membaca alur sungai ini harap diperhatikan lembahan curam, kelokan-kelokan dan arah aliran.
11. Bila peta daerah pantai, muara sungai merupakan tanda medan yang sangat jelas, begitu pula pulau-pulau kecil, tanjung dan teluk .
12. Interval garis kontur adalah skala : 2000


8. TITIK TRIANGULASI

Selain dari garis – garis ketinggian kita dapat pula mengetahui tingginya suatu tempat dengan pertolongan titik ketinggian. Titik ketinggian ini biasanya dinamakan Titik Triangulasi.
Titik Triangulasi adalah suatu titik atau tanda merupakan Pilar / Tonggak yang menyatakan Tinggi Mutlak suatu tempat dari permukaan Laut.
Titik Triangulasi ini digunakan oleh Jawatan Topografi untuk menentukan tinggi suatu tempat atau letak suatu tempat dalam pengukuran secara ilmu pasti pada waktu pembuatan peta.


TINGGI MUTLAK

1. Diukur dari permukaan Laut, merupakan Standarisasi pengukuran
2. Tinggi Mutlak digunakan untuk menentukan Tinggi Sebenarnya dari permukaan Laut.


TINGGI NISBI

Diukur dari tempat dimana benda itu berada, biasanya diukur dari permukaan tanah.


10. IKHTILAF – IKHTILAF

Karena pengaruh rotasi bumi, letak Kutub Magnetis bumi bergeser dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, untuk keperluan yang menuntut ketelitian perlu dipertimbangkan adanya deklinasi ( penyimpangan ), diantaranya ikhtilaf peta, ikhtilaf magnetis, ikhtilaf peta magnetis, dan variasi magnetis.

1. Ikhtilaf Peta
Ialah Sudut yang dibentuk oleh Utara Sebenarnya dengan Utara Peta, baik ke Barat maupun ke Timur. Yang jadi patokan adalah Utara Sebenarnya.
IP = US + UP


2. Ikhtilaf Magnetis
Ialah Sudut yang dibentuk oleh Utara Sebenarnya dengan Utara Magnetis, baik ke Barat maupun ke Timur. Yang jadi patokan adalah Utara Sebenarnya.
IM = US + UM


3. Ikhtilaf Utara Peta – Utara Magnetis ( Sudut Peta Magnetis )
Merupakan Sudut yang dibentuk oleh Utara Peta dengan Utara Magnetis, baik ke Barat maupun ke Timur. Yang jadi patokan adalah Utara Peta.
SPM = UP ± UM


Membaca Peta

Yang terpenting dalam bernavigasi adalah kemampuan membaca peta dan menginterpretasikan / membayangkan keadaaan medan sebenarnya, yang meliputi kemampuan membaca kontur, menentukan ketinggian tempat dengan pertolongan titik triangulasi dan kemampuan mengenal tanda-tanda medan. Pengertian akan tanda medan ini mutlak diperlukan, sebagai asumsi awal dalam menyusun perencanaan perjalanan.


VARIASI MAGNETIS

Ialah Perbedaan Ikhtilaf Magnetis pada waktu – waktu yang berlainan.
Variasi Magnetis pada beberapa tempat tidak sama, variasi magnetis ini ditulis dibagian bawah Peta Topografi untuk menentukan deklinasi dan Variasi Magnetis untuk Peta Topografi Indonesia yang baru digambarkan dengan diagram sudut yang terdapat disebelah kiri bawah Peta.

Disamping itu juga dinyatakan beberapa Variasi Magnetis rata – rata tiap tahun. Ada juga diantaranya yang tidak menggambarkan Ikhtilaf Peta yang ada hanya Ikhtilaf Magnetisnya saja.
Untuk mencari Ikhtilaf Petanya harus dilihat dekat batas kiri / kanan peta tertulis kata- kata GRID DECLINATION yang artinya sama dengan IKHTILAF PETA.
Kalau GRID DECLINATION tidak ada berarti Utara Peta dengan Utara Sebenarnya sejajar.


INCREASE – DECREASE

Bilamana suatu Variasi Magnetis Bertambah sehingga setiap tahunnya makin lama makin bertambah, maka disebut Increase.

Bilamana suatu Variasi Magnetis berkurang sehingga setiap tahunnya makin lama makin berkurang, maka disebut Decrease.


SUDUT PETA

Ialah Sudut yang dibentuk oleh 2 buah garis, yaitu satu menuju Utara Peta dan satunya lagi menuju Sasaran.


CARA MENGUKUR SUDUT PETA

Misalnya kita mengukur Sudut Peta dari titik A ke titik B diatas Peta, dengan cara sebagai berikut :
• Tarik 2 buah garis dari titik A, masing-masing menuju ke arah Utara Peta dan menuju ke arah Sasaran
• Ukur sudutnya dari arah garis yang menuju Utara Peta ke garis yang menuju titik B dengan menggunakan Busur Derajat / Protractor sesuai dengan arah Perputaran Jam.
Catatan :
• 0 derajat harus ditempatkan / disimpan paling atas
• Jika sudutnya 180 derajat ke arah kiri
• Setelah itu baca pada Busur Derajat / Protractor berapa Sudut Petanya atau berapa Skala Derajatnya

SUDUT PETA = SUDUT KOMPAS ± (UP.UM)


SUDUT KOMPAS

Ialah Sudut yang dibentuk oleh 2 buah garis, yang satu menuju Utara Magnetis dan satu lagi menuju Sasaran.


CARA MENGUKUR SUDUT KOMPAS

Menentukan Sudut Kompas dengan Kompas Prisma di suatu medan sbb :
• Buka Kompas dan tutupnya tegakkan ke atas
• Tutupkan Prisma ke atas Kaca Kompas
• Tarik cincin Ibu Jari jauh ke bawah, lalu masukkan Ibu Jari ke dalam cincin dan letakkan jari telunjuk menekan kotak kompas.
• Bawalah atau dekatkan Kompas kedepan mata.
• Arahkan Kompas pada Sasaran yang dituju dengan melihat celah melalui bidikan pada prisma, sejajarkan garis rambut / gari tengah dengan Sasaran
• Lalu lihat angka yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk didalam kompas, itulah Sudut Kompas yang dimaksud.

SUDUT KOMPAS = SUDUT PETA ± (UP.UM 2013)



 KOMPAS

A. PENGERTIAN

Merupakan penunjuk arah mata angin dengan ketentuan sudut derajat dari arah utara magnetis bumi. Kompas yang biasa digunakan untuk keperluan navigasi darat dapat dibedakan menurut kegunaannya dan menurut cara melihat angka di dalam lingkaran sudutnya.


B. FUNGSI

Kompas adalah alat penunjuk arah yang digunakan untuk mengetahui arah utara magnetis. Karena sifat kemagnetannya, jarum kompas akan menunjuk arah utara-selatan (jika tidak dipengaruhi oleh adanya gaya-gaya magnet lainnya selain magnet bumi). Tetapi perlu diingat bahwa arah yang ditunjuk oleh jarum kompas tersebut adalah arah utara magnet bumi, jadi bukan arah utara sebenarnya.
Secara fisik, kompas terdiri atas :
a) Badan, yaitu tempat komponen-komponen kompas lainnya berada.
b) Jarum, selalu mengarah ke utara-selatan bagaimanapun posisinya.
c) Skala penunjuk, menunjukkan derajat sistem mata angin.


C. JENIS-JENIS KOMPAS

Berdasarkan kegunaannya ada Kompas Bidik, yaitu kompas yang penggunaannya dikhususkan untuk menentukan azimuth dengan cara dibidik. Kompas Orienteering, yaitu jenis kompas yang penggunaannya khusus untuk orientasi peta, tetapi masih bisa digunakan untuk membidik walaupun kurang tepat (kecuali model-model tertentu).
Berdasarkan cara melihat lingkaran derajatnya, ada Kompas Prisma, Kompas Lensa dan Kompas Cermin.
Kompas yang baik pada ujungnya dilapisi fosfor agar dapat terlihat dalam keadaan gelap.


D. PEMAKAIAN KOMPAS

Kompas dipakai dengan posisi horizontal sesuai dengan arah garis medan magnet bumi. Dalam memakai kompas, perlu dijauhkan dari pengaruh benda-benda yang mengandung logam, seperti pisau, golok, karabiner, jam tangan dan lainnya. Kehadiran benda-benda tersebut akan mempengaruhi jarum kompas sehingga ketepatannya akan berkurang.
Pada dasarnya cara pengggunaan kompas ditekankan pada urutan-urutan yang benar menggunakan kompas, yaitu sebagai berikut :
1. Buka bagian penutup (untuk kompas yang ada penutupnya)
2. Jauhkan kompas dari gangguan lokal dan benda-benda yang mengandung medan magnet
3. Pegang / letakkan kompas dengan datar ( horizontal )
4. Bidik sasaran yang dituju dimana celah bidik, garis bidik dan sasaran bidik berada pada satu garis lurus.
5. Baca / lihat besar sudut dari bagian untuk melihat angka-angka derajat (untuk kompas bidik).


E. BERJALAN MENURUT ARAH KOMPAS

Kadangkala di lapangan kita dituntut untuk melakukan pergerakan menurut arah kompas yang telah kita tentukan. Pada prinsipnya dalam melakukan pergerakan dengan sasaran bidik yang telah ditentukan harus kontras dengan keadaan sekitarnya dan sejauh mata memandang, tetapi di lapangan kita sulit untuk menentukan sasaran bidik yang kontras dengan keadaan sekitarnya, untuk mengatasinya dengan bantuan teman kita sebagai sasarannya (man to man) dengan langkah-langkah sebagai berikut :
– Ikuti urutan menggunakan kompas yang benar
– Bidik sasaran / tujuan dengan kompas melalui celah bidik
– Sejajarkan garis pada permukaan kaca kompas dengan arah utara kompas.
– Dengan sejajarnya arah utara kompas dengan garis pada permukaan kaca kompas, maka Arah celah bidik kompas adalah arah yang kita tuju.





ALTIMETER

Altimeter merupakan alat Pengukur Ketinggian yang bisa membantu dalam menentukan posisi.
Pada medan yang bergunung tinggi, resection dengan menggunakan kompas sering tidak banyak membantu, disini altimeter lebih bermanfaat. Dengan menyusuri punggungan-punggungan yang mudah dikenali di peta, altimeter akan lebih berperan dalam perjalanan, yang harus diperhatikan dalam pemakaian altimeter :
 setiap altimeter yang dipakai harus dikalibrasi, dengan cara periksa ketelitian altimeter di titik-titik ketinggian yang pasti. Contohnya di tepi laut atau Stasiun kereta api.
 Altimeter sangat peka terhadap guncangan, perubahan cuaca, dan perubahan temperatur.



PROTRACTOR

Protractor adalah alat yang berbentuk persegi empat yang digunakan untuk mempermudah kita menentukan koordinat dan sudut pada peta.
Biasanya 1 buah protaktor memiliki 3 skala yang berbeda, namun tidak dapat digunakan untuk membaca koordinat geografis yang di dalamnya terdapat :
• Pembagian Derajat
• Pembagian Peribuan
• Skala Koordinat 1 : 100.000 1 : 50.000 1 : 25.000
• Titik Pusat untuk Pembagian Derajat dan Peribuan adalah titik silang pada tengah – tengah Protractor.
• Tanda Indeks dan untuk Skala Koordinat adalah Sisi Tegak dan Siku – siku segi-tiga

Protractor dapat dipergunakan untuk :
1. Menentukan Sudut Peta
2. Plotting Sudut Peta
3. Plotting Koordinat
4. Menentukan Koordinat




MENGENAL TANDA MEDAN

Kemampuan mengenal tanda medan sangatlah mutlak untuk dikuasai jika kita hendak melakukan navigasi darat. Tanda-tanda medan dapat dijadikan acuan untuk penentuan lokasi dan pengenalan medan supaya arah perjalanan tidak melenceng hingga terjadi hal-hal buruk seperti tersesat. Tanda-tanda medan dapat dikenali dari bentang alam yang ada di sekitar, misalnya punggungan, puncak bukit, jalan setapak, jalan raya, sungai, tebing, muara, anak sungai, pemukiman atau daerah tertentu.
Disamping kita mengenal tanda medan / objek di peta, kita juga bisa menggunakan tanda-tanda medan / objek sebenarnya di lapangan yang mudah dikenali di peta. Beberapa tanda medan dapat kita baca di peta sebelum kita berangkat menuju lokasi, tapi kemudian kita harus cari tanda tersebut di lokasi :
– Puncak gunung atau bukit, punggungan, lembah diantara dua puncak dan bentuk-bentuk tonjolan lainnya yang menyolok
– Lembah yang curam, jembatan (perpotongan sungai dengan jalan), ujung desa, samping jalan
– Bila kita berada di pantai, muara sungai dapat menjadi tanda medan yang sangat jelas, begitu juga tanjung yang menjorok ke laut, teluk-teluk yang menyolok, pulau-pulau kecil, pemukiman penduduk dan lain sebagainya.


TEKNIK PETA KOMPAS
Azimuth dan Back Azimuth, Resection, Intersection, Analisa Perjalanan
 

1. TEKNIK PETA KOMPAS

Orientasi peta adalah menyamakan kedudukan peta dengan medan sebenarnya (secara praktis menyamakan utara peta dengan utara magnetis).


Langkah-langkah Orientasi Peta adalah sebagai berikut :

a) Letakkan peta pada bidang datar.
b) Buka tutup kompas prisma dan Letakkan kompas diatas peta
c) Sejajarkan antara sumbu utara peta dengan utara magnetis/utara kompas, dengan demikian letak peta akan sesuai dengan bentang alam yang dihadapi.

Orientasi Medan, gunanya untuk mengenali posisi medan sebenarnya di peta dan mengenali tanda di peta pada medan sebenarnya.

Orientasi Medan dapat dilakukan dengan langkah – langkah sebagai berikut :

a) Cari tempat terbuka agar dapat melihat tanda-tanda medan yang mencolok dengan mudah.
b) Lakukan Orientasi Peta
c) Cari tanda-tanda medan yang paling menonjol disekeliling dan temukan tanda medan tersebut dipeta, lakukan untuk beberapa tanda medan.
d) Ingat tanda medan itu, bentuknya dan tempatnya dimedan sebenarnya maupun dipeta, ingat-ingat tanda medan yang khas dari setiap tanda medan.

Sebelum anda mulai orientasi medan, kenali dulu tanda-tanda medan yang ada dilokasi. Ini bisa dilakukan dengan menanyakan kepada penduduk setempat nama-nama gunung, bukit, sungai, atau tanda-tanda medan lainnya, atau dengan mengamati kondisi bentang alam yang terlihat dan mencocokkan dengan gambar kontur yang ada dipeta.


2. AZIMUTH DAN BACK AZIMUTH

Azimuth ialah Sudut Mendatar yang besarnya dihitung dan diukur sesuai dengan arah jalannya jarum jam dari suatu garis yang tetap, yaitu arah utara.

Secara praktis adalah besar sudut yang dibentuk antara utara magnetis (nol derajat) dengan titik/sasaran yang kita tuju, azimuth juga sering disebut Sudut Kompas. Ada tiga macam Azimuth yaitu :
a) Azimuth Sebenarnya, yaitu besar sudut yang dibentuk antara utara sebenarnya dengan titik sasaran;
b) Azimuth Magnetis, yaitu sudut yang dibentuk antara utara kompas dengan titik sasaran;
c) Azimuth Peta, yaitu besar sudut yang dibentuk antara utara peta dengan titik sasaran.

Untuk keperluan praktis, pada navigasi ini kita gunakan Azimuth Magnetis.

Back Azimuth adalah Besar Sudut kebalikan / kebelakang dari Azimuth. Cara menghitungnya :

Jika, Az 180 derajat , Maka; Baz = Az – 180 derajat
Jika, Az = 180 derajat , Maka; Baz = 0 derajat atau 360 derajat


3. ANALISA PERJALANAN

Analisa perjalanan perlu dilakukan agar kita dapat membayangkan kira-kira medan apa yang akan kita lalui, dengan mempelajari peta yang akan dipakai. Yang perlu di analisa adalah jarak, waktu dan tanda medan.

a. Jarak
Jarak diperkirakan dengan mempelajari dan menganalisa peta, yang perlu diperhatikan adalah jarak yang sebenarnya yang kita tempuh bukanlah jarak horizontal. Kita dapat memperkirakan jarak (dan kondisi medan) lintasan yang akan ditempuh dengan memproyeksikan lintasan, kemudian mengalikannya dengan skala untuk memperoleh jarak sebenarnya.

Perhitungan untuk menentukan jarak :
Skala = Jarak Peta : Jarak Datar

Jarak Datar = Skala x Jarak Peta

Jarak Peta = Jarak Datar : Skala


b. Waktu
Bila kita dapat memperkirakan jarak lintasan, selanjutnya kita harus memperkirakan berapa lama waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak tersebut. Tanda medan juga bisa untuk menganalisa perjalanan dan menjadi pedoman dalam menempuh perjalanan.


c. Medan Tidak Sesuai Peta
Jangan terlalu cepat membuat kesimpulan bahwa peta yang kita pegang salah. Memang banyak Sungai-sungai kecil yang tidak tergambarkan di peta, karena sungai tersebut kering ketika musim kemarau. Ada kampung yang sudah berubah, jalan setapak yang hilang, dan banyak perubahan-perubahan lain yang mungkin terjadi.
Bila anda menjumpai ketidaksesuaian antara peta dengan kondisi lapangan, baca kembali peta dengan lebih teliti, lihat tahun keluaran peta, karena semakin lama peta tersebut maka banyak sekali perubahan yang terdapat pada peta tersebut. Jangan hanya terpaku pada satu gejala yang tidak ada di peta sehingga hal-hal yang yang dapat dianalisa akan terlupakan. Kalau terlalu banyak hal yang tidak sesuai, kemungkinan besar anda yang salah (mengikuti punggungan yang salah, mengikuti sungai yang salah, atau salah dalam melakukan resection). Peta 1:50.000 atau 1:25.000 umumnya cukup teliti.


4. RESECTION

Resection adalah menentukan kedudukan/ posisi di peta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali.


Teknik resection membutuhkan bentang alam yang terbuka untuk dapat membidik tanda medan. Tidak selalu tanda medan yang harus selalu dibidik, jika kita berada di tepi sungai, sepanjang jalan, atau sepanjang suatu punggungan, maka hanya perlu satu tanda medan lainnya yang dibidik.


Langkah – Langkah melakukan Resection :

a) Lakukanlah orientasi medan (dapatkan minimal 2 tanda medan)
b) Tandai kedudukan tanda medan tersebut di peta dengan membuat salib sumbu pada pusat tanda-tanda medan yang sudah dikenali di peta dan di lapangan.
c) Bidikkan kompas ke tanda medan tersebut dan catat sudut kompasnya (Azimuth).
d) Hitung SPM tahun berjalan dan pindahkan hasilnya ke sudut peta
e) Hitung Back Azimuth dari hasil perhitungan tersebut.
f) Tarik garis sudut peta dari tanda medan yang sudah kita bidik sesuai dengan hasil perhitungan, hingga garisnya berpotongan.
g) Perpotongan garis tersebut adalah kedudukan kita di peta.


Resection dapat dilakukan dengan minimal 2 tanda medan, yaitu :
1) 2 titik ketinggian
2) 1 titik ketinggian dengan sungai
3) 1 titik ketinggian dan jalan setapak
4) Jalan setapak / sungai dengan altimeter
5) 1 titik ketinggian dengan altimeter.



5. INTERSECTION
Intersection adalah menentukan posisi suatu titik (benda) di peta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali dilapangan.
Intersection digunakan untuk mengetahui atau memastikan posisi suatu benda yang terlihat dilapangan, tetapi sukar untuk dicapai. Pada intersection, kita sudah yakin pada posisi kita di peta dan kondisikan agar objek tetap dapat terlihat saat kita berpindah posisi.

Langkah – Langkah melakukan Intersection :
a) Lakukan orientasi medan, dan pastikan posisi kita di peta.
b) Bidik obyek yang kita amati.
c) Hitung SPM tahun berjalan, pindahkan hasilnya ke sudut peta.
d) Bergerak ke posisi lain, dan pastikan posisi tersebut di peta, lakukan langkah b dan c;
e) Tarik garis sudut peta dari posisi kita di peta sesuai dengan hasil perhitungan, hingga garisnya berpotongan. Perpotongan garis dari dua sudut yang didapat adalah posisi obyek yang dimaksud.


6. Menentukan Arah Lintasan
Dalam menentukan arah lintasan dapat mempergunakan 2 cara, yang pertama dengan tracking kompas, atau mengunci arah kompas searah dengan sudut peta sesuai dengan arah yang dituju. Yang kedua adalah dengan mencari punggungan yang paling lebar untuk mencapai tempat yang dituju.
kedua cara ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing dimana sebaiknya cara yang dipilih disesuaikan dengan jenis kegiatan yang akan dilakukan.



SWAJAGRA BHUANA

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

MENGGAPAI PUNCAK SEJATI RAUNG
 3.344 MDpl

Gunung Raung , berada dalam jajaran Pegunungan Ijen dan termasuk sebagai gunung berapi yang masih aktif dengan tipe stratovolcano, mempunyai kaldera di puncaknya yang berbentuk lingkaran (circular), Kaldera Gunung Raung mempunya dimensi luasan sekitar 750 m x 2,250 m dan masih selalu mengeluarkan asap dan semburan api. 
Ada dua jalur yang bisa ditempuh :

Jalur Pendakian Gunung Raung via Kalibaru (Puncak Sejati).

Jalur Pendakian Gunung Raung via Sumber Waringin (Puncak Bayangan). 



JALUR PENDAKIAN via KALIBARU (Puncak Sejati)

Gunung Raung jalur kalibaru merupakan jalur pendakian terekstrim di Pulau Jawa, dimana diperlukan waktu pendakian normal selama 6 hari yang tentunay diperlukan juga fisik dan mental yang bagus serta peralatan khusus dan teknik pemanjatan untuk menggapai puncak sejatinya.Berikut ini adalah jalur pendakian dan pos yang akan dilewati untuk mencapai Puncak Sejatinya:

Basecamp Rumah Pak Suto,– Pos1
Dimulai dari Basecamp/rumah Pak Suto akan berjalan sejauh 5600 m, melewati perkebunan penduduk yang mayoritas adalah perkebunan kopi, dan sekitar 2,5 jam kemudian akan tiba di Pos 1(ditandai dengan sebuah rumah bekas di tengah kebun kopi milik Pak Sunarya). Di sebelah kiri jalur Pos 1 ini ada jalur menuju sungai yang merupakan sumber air terakhir di jalur pendakian ini, disini diharapakan setiap pendaki untuk mengisi perbekalan air sebelum melanjtukan pendakian, dimana minimal setiap pendaki harus membawa 10 liter air. Apabila ingin mempersingkat waktu dan efektifitas tenaga maka untuk menuju Pos 1 dapat dilakukan dengan menggunakan kendaraan ojek dari basecamp ke Pos 1 ini terletak pada ketinggian 980mdpl.

Pos 1 – Pos 2
Dari Pos 1 berjalan akan berjalan melewati batas perkebunan dan hutan, kemudian mulai memasuki hutan yang lebar namun lebat dengan pepohonan dimana terdapat banyak pohon dan semak berduri, jalan yang dilalui belum banyak menanjak dan cenderung melipir menyisiri hutan.Diperlukan waktu normal selama kurang lebih 4 jam untuk menempuh jarak dari Pos 1 menuju Pos 2 sejauh 4130 meter. Pos 2 ini merupakan tempat camp yang terluas selama jalur pendakian dan pendaki dapat bermalam disini. Pos 2 ini terletak pada ketinggian 1431 mdpl.

Pos 2 – Pos 3
Dimulai dari Pos 2 inilah para pendaki akan mulai melalui track menanjak mengikuti punggungan dan tidak lagi melipir. Track yang dilalui cukup sempit dimana di sebelah kirinya adalah jurang. Diperlukan waktu sekitar 1 jam untuk mencapai Pos 3, di pos 3 ini terletak persis di tengah jalur pendakian namun agak luas dan dapat mendirikan camp dengan 2 tenda.Camp 3 terletak pada ketinggian 1656mdpl.

Pos3 – Pos 4
Lepas dari pos 3 pendakian dimulai dengan melalui jalan landai, kemudian akan melewati turunan sebelum berpindah punggungan dan melalui jalan menanjak yang cukup panjang. Setelah kurang lebih 2 jam akan tiba di Pos 4, sebuah tanah lapang yang sempit namun dapat digunakan untuk beristirahat sejenak sebelum melanjutkan pendakian. Pos 4 terletak pada ketinggian 1855 mdpl.

Pos 4 – Pos5
Pendakian pada rute ini masih tetap dalam satu punggungan namun track yang dilalui semakin terjal dan rapat dimana banyak terdapat pohon berduri(disarankan selama pendakian menggunakan pakaian lengan panjang), bila hujan jalur ini akan menjadi sangat licin. Waktu yang diperlukan untuk melalui rute ini adalah selama lebih kurang 45 menit. Pos 5 ini tidak terlalu luas namun sedikit di bawah pos 5 juga terdapat tempat yang cukup luas untuk beristirahat dan biasanya di area pos 5 ini digunakan untuk tempat beristirahat makan siang sebelum melanjutkan pendakian. pos 5 terletak pada ketinggian 2115 mdpl.

Pos 5 – Pos 6
Setelah beristirahat di pos 5 bersiaplah kita untuk melanjutkan pendakian yang semakin berat dimana jalurnya semakin terjal serta tipis dimana kanan-kiri jurang untuk itulah diharapkan berhati-hati saat melintasi rute ini. Rute ini tidak terlalu lama karena hanya sekitar 30 menit akan tiba di camp 6/Pos 3. Di pos 6 ini terdapat area camp yang berundak – undak sebanyak 3 undakan dan dapat digunakan untuk tempat bermalam. pos 6 terletak pada ketinggian 2285 mdpl.

Pos 6 – Pos 7 
Pendakian pada rute ini semakin berat dimana akan semakin mendekati puncak Gunung Wates, yang tentunya tracknya semakin terjal, jalur pendakiannya pun semakin terbuka dan udara semakin dingin diiringi angin yang semakin kencang dank abut tipis yang mulai turun menutupi jalur pendakian.Setelah sekitar 45 menit kita akan tiba di pos 7, yang merupakan camp di area terbuka, sebuah dataran yang cukup luas dan terbuka, dapat mendirikan 3 tenda. Di pos 7 ini kita dapat menikmati pemandangan negeri di atas awan yang sangat indah, dimana di depan terdapat puncak gunung wates, sebelah kiri dan kanan kita dapat melihat berjajar punggungan serta lembahan, dari kejauhan juga mulai tampak puncak raung yang berbentuk bebatuan, apabila malam dan kondisi cerah pemandangan bintang-bintang yang bertebaran di langit yang memancarkan sinarnya serta gemerlap lampu-lampu di perkotaan yang tampak dari kejauhan akan menjadi pemandangan yang dapat kita nikmati di malam hari, di pos 7 ini pun mulai terdapat bunga edelweisss yang apabila mekar menjadi pemandangan indah bagi kita. Kondisi di pos 7 ini tanahnya rawan longsor dan juga udara dingin serta angin yang berhembus kencang dikarenakan areanya yang sangat terbuka, untuk itulah agar berhati-hati jika ingin bermalam di pos 7 ini. pos 7 terletak pada ketinggian 2541 mdpl.

Pos 7 – Pos 8
Perjalanan dari pos 7 menuju pos 8 diawali dengan melewati punggungan terakhir menuju puncak gunung wates selama sekitar 45 menit, sementara itu jalurnya cukup terjal dan rapat oleh pohon berduri. Dari puncak gunung Wates pendakian dilajutkan dengan melipiri punggungan yang sangat tipis dengan bibir jurang yang sangat membutuhkan konsentrasi dan kehati-hatian. Setelah berjalan melipir kita akan mulai melalui track menanjak dimana mulai terdapat vegetasi khas puncak gunung. Total waktu menuju pos 8 ini adalah sekitar 2 jam perjalanan normal.pos 8 terletak pada ketinggian 2876 mdpl.

Pos 8 – Pos 9
Inilah rute terakhir yang harus dilalui sebelum mencapai puncak gunung raung, pada rute ini jalurnya semakin terjal, mulai banyak bunga edelweiss, vegetasinya pun semakin jarang dan pepohonan tua yang menjadi ciri khas sebelum puncak gunung. Setelah berjalan sekitar 1 jam barulah kita tiba di pos 9 yang merupakan camp terakhir yang dapat kita gunakan untuk beristirahat, di pos 9 ini merupakan batas vegetasi sebelum melewati bebatuan untuk mencapai puncak raung. Pos 9 terletak pada ketinggian 3023 mdpl.

Pos 9 – Puncak Raung
Dari pos 9 yang merupakan batas vegetasi selanjutnya kita berjalan selam lebih kurang 10 menit dan akan tiba di puncak semu gunung raung 3154mdpl, tak jarang puncak ini juga dinamakan puncak kalibaru sebagai mana jalur pendakian ini. Di atas puncak gunung raung inilah kita kembali dapat menikmati keindahan negeri di atas awan, dimana dapat memandangi indahan awan yang serasa begitu dekat dan sejajar dengan kita, dari kejauhan tampak menjulang deretan punggungan gunung argopuro dan semeru, sementara pada arah sebaliknya dapat memandangi laut dan pulau Bali di seberang sana, selain itu di depan kita telah tampak jalur menuju puncak sejati yang sangat menantang, bebatuan dengan kanan kiri jurang dalam yang cukup memacu adrenalin kita sebelum menapakinya, dan yang tidak kalah juga adalah pemandangan puncak 17 yang berbentuk piramida yang seoleh mengundang kita untuk segera mencapai puncaknya.

Puncak Raung – Puncak Sejati Gunung Raung
Inilah rute pendakian terakhir dan juga terekstrim yang harus kita lalui untuk mencapai puncak sejati. Dimulai dari puncak raung kita berjalan turun melipiri bibir jurang lalu mengikuti sebuah jalan landai dan akan tiba di titik ekstrim yang pertama. Di titik ini kita harus melipir tebing bebatuan dimana di sebelah kanan adalah jurang sedalam 50 meter, untuk itulah di titik ekstrim pertama ini kita memasang jalur pemanjatan kurang lebih 5 meter, di jalur telah terpasang 1 buah hanger, 1 bolt dan di titik anchor atasnya terdapat pasak besi yang telah tertanam, dapat digunakan sebagai anchor utama. Setelah melewati titik ekstrim 1 kita terus bejalan menanjak menuju puncak 17/piramida,sampai pada titik ekstrim yang kedua yaitu 10 meter sebelum puncak 17. Disini kita kembali harus membuat jalur pemanjatan, dimana leader melakukan artificial climb selajutnya setibanya di puncak 17 memasang fix rope untuk dilalui orang selanjutnya dengan teknik jumaring. Selanjutnya perndakian dilakukan dengan melipir dan menuruni bibir jurang yang tipis sekali, disini merupakan titik ekstrim ketiga yang juga harus dipasangi pengaman bisa dengan menggunakan tali kernmantel ataupun dengan membentangkan webbing sejauh kurang lebih 10 meter. Selepas dari titik ekstrim ketiga ini kita terus berjalan agak landai menelusuri jalan setapak yang sangat tipis sekali dengan kanan kiri jurang sedalam 50 meter. Akhirnya tibalah kita di titik ekstrim yang keempat/terakhir dimana kita harus memasang jalur untuk menuruni tebing 15 meter dan menggunakan teknik rappelling untuk mencapai ke bawah. Sesampainya di bawah kita masih harus melanjutkan perjalanan, agak berjalan menurun ke bawah kita tiba di sebuah tempat lapang dan teduh yang biasanya digunakan untuk tempat beristirahat sebelum melalui tantangan terakhir yaitu mencapai puncak tusuk gigi(bentuknya menyerupai tusuk gigi) dan puncak sejati. Dari tempat istirahat ini perjalanan kembali menanjak dengan tingkat kemiringan yang cukup terjal dimana jalur yang harus dilalui adalah batuan lepas dan berpasir yang apabila diinjak rawan sekali untuk longsor, untuk itulah diperlukan kehati-hatian dan menjaga jarak antar pendaki selama melewati track ini agar apabila longsor batuan lepas tersebut tidak membahayakan pendaki di bawahnya. Setelah mengakhiri tanjakan pada track bebatuan ini tibalah kita di puncak tusuk gigi yang tedapat banyak bebatuan besar,setelah itu dari puncak tusuk gigi kita melipir ke belakang dan kemudian berjalan agak menanjak sekitar 100 meter tibalah kita di tempat yang menjadi tujuan akhir dari pendakian ini, ya itulah PUNCAK SEJATI GUNUNG RAUNG 3344 MDPL, ditandai dengan sebuah triangulasi dan plang puncak sejati serta pemandangan sebuah kawah besar yang masih aktif yang setiap saat mengeluarkan asapnya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS